Dear Aldo...
Sulit rasanya untuk ku menerima semua kenyataan ini. Disaat aku sudah berani untuk mengatakan yg sebenarnya padamu. Perasaan yang sejujurnya dulu ingin aku sampaikan. Baru saat ini aku berani menyampaikannya. Disaat semua sudah sia-sia.
Waktu itu entah tahun berapa, aku lupa. Tapi yang pasti aku masih ingat saat itu. Waktu itu aku masih di kampung. Dan kamu juga di kampung. Saat2 lebaran. Entah siapa duluan yang menelpon. Aku lupa. yang pasti saat itu semulanya aku bicara dengan Abib. Dan kemudian kita berbicara. Aku senang sekali. jujur.. aku sangat senang. Karna tanggapanmu sangat baik. seperti biasanya. Ditambah saat2 itu Ibuku sepertinya sudah perhatian padaku. Dia bilang saat ini sudah saatnya agar aku lebih perduli pada diriku sendiri. "Mencari teman yang baik" itulah kata2 ibuku. Jika ada yang punya niat baik, katakan saja apadanya tentang keluarga kita. Aku senang.. sangat senang. Aku berfikir... ibuku sudah memberikan ku lampu hijau. Meskipun tidak secara langsung. Maka dari itu,.sepulang dari kampung, aku sangat ingin sekali mengatakan semuanya padamu. katakan yang ingin aku katakan. Meskipun menentang rasa takutku selama ini. Aku sangat ingin sekali memberanikan diri untuk mengatakan isi hatiku. Tidak perduli apa yang akan terjadi. yang penting,.. semua aku harus menyampaikan semuanya.
Tapi, semuanya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Rasa takut dan trauma itu masih menghantuiku. Akhirnya aku berfikir lagi, jika sebelum mendapatkan izin dari Abah dengan jelas dari mulut dan hatinya, Aku tidak akan berani berbuat apa-apa. Akhirnya,... semua kembali lagi seperti biasa. Sunyi, sepi,.. sendiri.. tanpa kejelasan yang pasti. Ditambah lagi dengan sms ku yang tidak pernah mendapatkan balasan lebih darimu. sejujurnya aku sangat mengharapkan balasan lebih. Tapi apa yang ku dapatkan. setiap satu pertanyaanku, kamu jawab dengan satu jawaban. Jika aku bertanya A, maka dijawab dengan A. Jujur... aku sangat sedih.
Lalu,.. disitulah mulai muncul fikiranku. bahwa kamu sudah tidak perduli padaku lagi. Mungkin kamu kecewa atas ucapanku yang terakhir saat kita bertemu. Sungguh.. berpisah ataupun tanpa kejelasan bukanlah maksud dari ucapanku itu.
Dan kini, disaat Abah sudah mulai bertanya padaku. kapan ??? dan kemudian dijelaskan oleh Ibuku. Rasanya,.. aku sangat senaaaaaang sekali. Meskipun dalam kondisi sakit, aku sangat ingin langsung menyampaikannya padamu.